Get Paid To Promote, Get Paid To Popup, Get Paid Display Banner

Pindah Agama Picu Islamofobia di AS!

Komunitas Muslim memandang drama pelarian Fathima Rifqa Bary dengan kesedihan dan kelelahan. Bagi sebagian besar Muslim, perdebatan antara para orang tua Muslim di Colombus, Ohio dan putri mereka yang lari di Orlando menjadi layaknya era crusade (perang salib) baru bagi para kaum Kristen.

Frustasi yang muncul di kalangan Muslim di Florida Tengah, yakni tuduhan si gadis yang mengatakan ia takut sang ayah akan membunuhnya karena memeluk Kristen, telah menjadi distorsi sepenuhnya bagi agama mereka...







"Kami merasa frustasi karena itu adalah masalah keluarga dari tipe keluarga tertentu, dan cara mereka menggambarkan merusak wajah Islam dan memberi citra negatif terhadap agama kami," ujar direktur Islamic Center di Orlando, Imam Tariq Rasheed.

Dalam pembelaan gadis berusia 17 tahun itu, sang kuasa hukum menyatakan, ketakutan Fathima akan dipukul dan dibunuh karena beralih memeluk Kristen adalah nyata. Para golongan fundamentalis melobi negara bagian untuk mengijinkan Fathima tetap di Florida demi menghindari "honor killing" (pembunuhan demi kehormatan) di mana wanita dan perempuan yang telah mempermalukan keluarga mereka, dibunuh.

"Ada populasi nyata, populasi yang bertumbuh dari Muslim ekstrimis yang menafsirkan Al Qur'an secara tekstual dan menerapkan seperti dalam kasus ini," demikian menurut kuasa hukum Fathima, John Stemberger. "Keprihatinan saya, ia di atas kertas adalah gadis mati bila dikirim pulang ke Ohio. Hanya perkara waktu hingga ia menghilang di kegelapan malam,"

Quran vs hukum

Menurut Tariq, hal semacam itu adalan selip penafsiran nyata yang memalukan dalam Islam. "Tidak ada satu ayat pun dalam kitab suci Al Qur'an yang menghentikan kebebasan orang untuk memilih agamanya. Tidak disebutkan pula ada hukuman bila anda mengubah agama," papar Tariq.

Meski ada beberapa keluarga di negara Islam yang menerapkan "honor killing", itu tidak dilakukan bagi mereka yang meninggalkan agama, ujar asisten profesor keagamaan, Gwendolyn Zoharah Simmon, dari Universitas Florida. Non-Muslim kerap dibingungkan dengan "honor killing" dan kisah Islam masa lampau yang menyeru diterapkan hukuman bagi Muslim yang meninggalkan agama.

Namun saat itu hukum dilaksanakan oleh pengadilan, tidak secara individu atau anggota keluarga seperti dalam tradisi "honor killing". Tradisi pembunuhan itu sendiri sering kali memakan korban wanita tidak menikah yang melakukan hubungan di luar nikah atau bahkan korban perkosaan sekalipun.

"Mereka mengasumsikan hukum dan Al Qur'an adalah sinonim, padahal tidak," ujar Gwendolyn. "Al Qur'an bukanlah kitab undang-undang,"

"Fathima Rifqa Bary sendiri mungkin bingung antara perbedaan hukum penguasa di bawah syariah Islam dan 'honor killing'," demikian menurut Gwendolyn lagi. Tidak semua negara bermayoritas Muslim menerapkan hukum Islam dan tidak semua negara Muslim mengijinkan "honor killing", seperti tidak semua negara bagian di Amerika menerapkan hukuman mati.

"Sri Lanka, di mana orang tua Barry berasal tidaklah menerapkan hukum Islam di sistem peradilan mereka," ujar Gwendolyn.

Islamofobia

Perang 'penjagaan' antara kaum Kristiani di Florida dan orang tua Muslim si gadis di Ohio datang bersamaan dengan peristiwa dimana sebuah gereja envangelis di Gainesville mempublikasikan tanda berbunyi "Islam is of the Devil" (Islam milik Setan). Beberapa anak dikirim pulang ke rumah masing-masih di minggu pertama karena mengenakan kaus dengan tulisan itu.

Kedua kasus--yang menyamakan Islam dengan kejahatan dan menuding bahwa Muslim yang beralih ke Kristen akan dibunuh--memberi bahan bakar, pada sikap yang disebut Gwendolyn sebagai Islamofobia. "Ini mempermainkan perasaan takut tidak rasional di kalangan orang-orang yang tidak akrab dengan keyakinan tersebut," ujarnya

Gambaran Muslim keji yang ingin membunuh anak perempuan mereka dan para evangelis taat yang hanya ingin menyelematkan jiwa seorang anak tak berdosa hanya menambah buruk stereotip di antara Muslim dan Kristen, ujar asisten profesor ilmu humanisme, Claudia Schippert, di Universitas of Central Florida

"Yang memalukan dalam semua hal mengerikan ini, ada jalan di mana kedua orang tahu lebih baik dan yang mampu membuktikan nilai berbeda, namun ingin mengulang stereotip dan menyalakan api ketidakpedulian dan kekerasan," ujar Claudia mengacu pada umat Kristen terkait kontroversi tersebut.



No comments:

Post a Comment