Jika analisa ini benar, maka kemungkinan besar, orang-orang Yahudi-lah sebagai pelaku penghancuran gedung WTC dan Pentagon, namun mengalihkan pelaku penghancuran itu pada orang-orang Arab. Setelah mencermati semua kejadian yang berlangsung, ada sejumlah hal-hal menarik, antara lain;
Tersangka utama Adnan dan Amir Bukhari sebagaimana yang resmi diumumkan pemerintah AS, terbukti kemudian tidak benar. Amir Bukhari telah tewas setahun lalu dalam suatu kecelakaan pesawat terbang. Pembajak yang yang disebutkan FBI mati dalam kasus penabrakan pesawat ke gedung WTC, ternyata ditemukan masih hidup di Arabia. Ia tidak terlibat, dan KTP-nya dicuri saat ia berada di USA. Mossad kemungkinan besar dapat mencuri KTP tersebut.
Barbara Olson salah satu saksi mata, tak pernah menyebut-nyebut satupun nama-nama orang Arab dalam peristiwa berdarah tersebut. Selanjutnya, dalam suatu laporan di InformationTimes.com, disebutkan 4000 pegawai WTC keturunan Israel absen pada hari terjadinya serangan berdarah di New York. Laporan di situs itu memaparkan kejadiannya sebagai berikut. Dengan diumumkannya serangan padaWTC New York, seluruh media internasional, khususnya media Israel, bergegas mengambil keuntungan dari insiden tersebut.
Media massa Israel semula menuliskan suasana berkabung atas matinya 4000 pegawai Israel yang bekerja pada dua menara itu. Tapi tiba-tiba, tak satupun dari 4000 orang itu disebutkan termasuk dalam daftar korban tragedi WTC New York. Kemudian teka-teki itu menjadi clear, saat diketahui bahwa ternyata mereka telah diingatkan untuk tidak masuk kantor pada hari insiden itu terjadi.
Tak satupun disebutkan adanya orang Israel yang tewas atau luka dalam tragedi serangan berdarah itu. Sumber-sumber diplomatik Arab mengungkapkan pada harian al-Watan, Jordania, bahwa orang-orang Israel yang absen pada hari itu, atas peringatan dari Aparat Keamanan Israel, Shabak. Fakta inilah yang menimbulkan kecurigaan para pejabat Amerika yang ingin mengetahui, bagaimana bisa pemerintah Israel mempelajari insiden tersebut sebelum terjadi. Atas dasar alasan tersebut, fakta yang sesungguhnya itu tidak pernah diinformasikan penguasa AS. Jadi daftar tersangka kasus penghancuran WTC dan Pentagon yang keburu beredar itu adalah keliru belaka.
Kecurigaan kian mengembang setelah harian Israel Yadiot Ahranot mengungkap bahwa Shabak telah mencegah PM Ariel Sharon agar tidak melakukan perjalanan ke New York, khususnya ke kota pantai sebelah timur untuk berpartisipasi dalam sebuah festival yang diorganisasi oleh organisasi-organisasi Zionis yang mendukung Israel. Aharon Bernie, komentator pada harian itu mengangkat isu tersebut dan menyimpulkannya secara negatif. Bernie tidak memberi kesimpulan tentang kejadian itu. Ia memang mengakui adanya peran Shabak di balik urungnya Sharon berpartisipasi dalam acara festival di New York. Tapi lagi-lagi ia tak memberi komentar apapun. Bernie menambahkan bahwa Sharon, memang gembira ketika diminta untuk memberikan pidatonya pada puncak festival.
Tapi kemudian Sharon meminta pimpinan organisasi untuk menghubungkan Shabak, agar merubah posisinya. Hari berikutnya setelah sekretaris Sharon secara resmi mengumumkan, ternyata terbukti Sharon tidak jadi berpartisipasi pada hari terjadinya insiden. Terkait dengan itu, harian Israel Ha’aretz mengungkapkan bahwa FBI menangkap 5 orang Israel 4 jam setelah terjadinya serangan pada Menara Kembar WTC.
Kelima orang itu ditangkap saat sedang memfilmkan peristiwa terbakarnya gedung pencakar langit itu dari atap kantor mereka. FBI menangkap kelima orang tersebut karena gelagatnya mencurigakan. Mereka dikatakan telah mengambil gambar saat terjadinya tragedi itu dengan video, yang diinterpretasikan sebagai bentuk sorak-sorai dan kepuasan orang-orang Yahudi.
No comments:
Post a Comment